Hero image Mengenang Warisan Dr. Johannes Sebastian Nugroho

Berita Terkini | Berita

Mengenang Warisan Dr. Johannes Sebastian Nugroho
31 Januari 2024

Dr. Johannes Sebastian Nugroho, mantan dekan Fakultas Ilmu Seni UPH (2005-10) dan seorang pianis brilian serta pendidik yang sangat disegani, meninggal dunia dengan damai pada tanggal 9 Januari 2024, pada usia yang relatif muda yaitu 53 tahun setelah berjuang melawan kanker pankreas. Ia meninggalkan istrinya, Candy Yahya, dan tiga orang anak. 

Dr. Nugroho akan selalu dikenang sebagai musisi luar biasa yang percaya bahwa ia mampu membuat perbedaan dalam kehidupan orang lain melalui musik. Baginya, musik bukan hanya soal pertunjukan, atau menciptakan alunan melodi indah yang menghadirkan suka cita, kebahagiaan, dan kepuasan. Ia selalu percaya bahwa belajar musik membentuk wadah di mana ia dapat memberikan dampak besar pada kehidupan orang lain. 

Salah satu momen paling mengharukan dalam karir Dr. Nugroho di UPH adalah ketika ia biasa mengajar musik kepada staf fakultas dan pekerja alih daya di waktu senggangnya. Dr. Nugroho juga aktif melakukan kegiatan amal di luar kampus, salah satunya karya baktinya dalam membantu anak-anak berkebutuhan khusus melalui pembelajaran musik. 

Kecintaan Dr. Nugroho terhadap musik dimulai sejak usia dini. Lahir di Pekalongan, Jawa Tengah, pada 12 Mei 1970, Dr. Nugroho dikenalkan dengan musik oleh ayahnya yang membelikannya piano pada usia 9 tahun saat ia masih duduk di kelas lima SD. “Ayah saya menyukai musik dan bercita-cita menjadi seorang musisi namun keinginannya ditentang keras oleh orang tuanya yang menginginkan ia menjadi seorang dokter. Tapi tetap saja, ia diam-diam belajar bermain biola secara otodidak. Barangkali ia memiliki keinginan terpendam supaya saya, anak sulungnya, suatu saat bisa mewujudkan mimpinya dengan menamai saya Johannes, diambil dari Johannes Brahms, dan Sebastian, diambil dari Johann Sebastian Bach. Ayah saya adalah sumber inspirasi saya,” katanya seperti yang pernah dikutip, seraya menambahkan bahwa sebenarnya cita-cita awalnya adalah menjadi seorang arsitek. 

Hasratnya yang membara terhadap musik kemudian membawanya dalam perjalanan membangun prestasi akademis yang mengesankan. Setelah lulus dari Sekolah Musik YPM, salah satu sekolah musik tertua di Indonesia, pada tahun 1991, ia mendapatkan beasiswa belajar musik di Amerika Serikat, dan lulus dengan gelar Bachelor of Music (BM) dan Master of Music (MM) dari Towson University, yang dikenal memiliki salah satu program musik terbaik di Maryland, dan kemudian meraih gelar Doctor of Music dari Jacobs School of Music, Indiana University. Di Amerika, ia mendapat kesempatan berharga untuk belajar musik di bawah bimbingan maestro-maestro piano ternama dunia seperti Reynaldo Reyes, Roman Lebedev, Gyorgy Sebok dan Reiko Shigeoka Neriki. 

Prestasi lain yang pernah dicapainya antara lain tampil di beberapa tempat pertunjukan paling bergengsi di dunia, termasuk Concert Hall di Sydney Opera House dan Konzerthaus Berlin. Sepanjang karirnya, ia telah memenangkan banyak penghargaan bergengsi, antara lain juara pertama di Peggy Yale Gordon Piano Competition 1991, juara pertama di Aber D. Unger Piano Competition 1992, juara di Towson University Talent Award Competition 1993, juara pertama di Peggy Friedmann Piano Competition 1994, juara pertama di Henry Sanborn Piano Competition 1994, juara pertama di Sarah Stulman Zierler Piano Competition 1995 dan juara di St. Charles International Piano Competition 1999 di Chicago. 

Setelah menghabiskan 13 tahun di Amerika untuk mengasah kemampuan bermusiknya, ia kembali ke Indonesia setelah mengetahui bahwa UPH mendirikan fakultas musik dan sedang mencari pengajar kelas dunia. Selama masa jabatannya sebagai dekan, ia melakukan berbagai inisiatif penting untuk menginternasionalkan standar kurikulum sesuai dengan kebutuhan mahasiswa yang lebih spesifik dan kompetitif di masa depan. Salah satu upaya tersebut adalah pengembangan peminatan musik edukasi menjadi dua spesialisasi – pengajaran sekolah dan pengajaran individu. 

Selain itu, fasilitas-fasilitas baru dibangun untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan kreativitas mahasiswa. Acara dan kompetisi musik berskala nasional diadakan untuk meningkatkan citra and reputasi fakultas. Kinerja dosen dan prestasi mahasiswa digalakkan dengan intensif. Mahasiswa diwajibkan mengadakan pertunjukan musik pada Senin sore setiap minggunya untuk melatih mereka mengatasi demam panggung. Perintisan pengembangan orkestra, paduan suara, dan ansambel dikembangkan secara lebih berkualitas profesional. Fakultas Ilmu Seni mulai menerima kunjungan dari sekolah musik ternama dari luar negeri dan menjalin kerjasama internasional dan eksistensinya mulai disegani secara luas. 

Setelah menyelesaikan masa jabatannya sebagai dekan, Dr. Nugroho terus mengajar di Fakultas Ilmu Seni sebagai dosen senior paruh waktu. Ia juga sering memberikan masterclass piano di luar UPH. Sebagai bagian dari kontribusinya, ia juga menciptakan dua lagu, “Mimpi Anak Bangsa” untuk memperingati Hari Pendidikan Nasional 2019 dan “Beyond This Valley” yang ia tulis setelah didiagnosis mengidap kanker pankreas stadium IV. 

“Berpulangnya Pak Jo merupakan kehilangan besar bagi Fakultas Ilmu Seni pada khususnya dan keluarga besar UPH pada umumnya. Ia telah memimpin banyak inisiatif besar untuk meningkatkan profil fakultas. Ia sangat berbakat dan berprestasi namun rendah hati dan membumi; sosok yang ramah dan mudah didekati, selalu memperlakukan setiap orang dengan baik, hangat dan penuh rasa hormat. Beliau akan selalu dikenang,” kata Direktur Administrasi Fakultas Ilmu Seni Adriani Gunawan, menyebutnya dengan sapaan akrabnya. 

Dr. Nugroho selalu menganggap semua pencapaian dalam hidupnya adalah semata karena rahmat Tuhan. “Sebagai orang yang beriman, saya berserah diri sepenuhnya kepada Tuhan. Saya bisa meraih gelar doktor, belajar dari guru-guru istimewa, itu semua karena Tuhan telah membuka jalan hidup saya dan menuntun saya menemukan panggilan hidup saya di bidang musik,” ujarnya seperti dikutip dalam wawancara dengan majalah Staccato. 

Sebelum meninggal, Dr. Nugroho menulis puisi yang sangat indah dan penuh makna ini: 

At times,
God leads us  
Through green pastures  

Other times,
God leads us
Through the fiercest storms
He may calm the storms
He may not
But for sure
he will deliver us through  

Tears of pain and suffering
On the surface,
but deep within
the Peace of God reigns

Beristirahatlah dengan tenang, Dr. Johannes Sebastian Nugroho. Bapak telah meninggalkan warisan yang kekal dan semoga keberadaan dan karya Bapak tetap hidup dalam kenangan orang-orang yang mengenal Bapak dan memberikan kekuatan serta ketabahan bagi orang-orang tercinta yang Bapak tinggalkan di masa duka ini. 

“Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.” (2 Timotius 4:7)

Berita Terkait
Bagaimana Pekerjaan Kami Menyentuh Hidup Banyak Orang
SELENGKAPNYA
Bergabung Bersama Kami!

Jadilah bagian dari transformasi pendidikan di Indonesia

DUKUNG KAMI DUKUNG MEREKA